Imam Hasanuddin (Contac Person +62823 - 3132 - 0823

My photo
lumajang, lumajang/jawa timur, Indonesia
STIE WIDYAGAMA LUMAJANG

Monday 13 July 2020

Pengujian Subtantif Aktiva Tetap


Deskripsi Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umurnya lebih dari satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
Aktiva tetap disebut juga Property, Plant and Equipment.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16, Paragraf 5 – IAI,2012):
Aktiva tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Karakteristik Aktiva Tetap
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 – IAI, 2012):
Aktiva tetap dimiliki untuk digunakan dalam:
1.      Produksi atau penyediaan barang dan jasa
2.      Direntalkan kepada pihak lain
3.      Tujuan Administratif
4.      Mempunyai wujud fisik
5.      Mempunyai jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari satu tahun periode akuntansi)
Prinsip Akuntansi Penyajian Aktiva Tetap
Prinsip akuntansi dalam penyajian aktiva tetap di neraca
1.      Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca
2.      Aktiva tetap dijaminkan harus dicantumkan dalam laporan keuangan
3.      Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya biaya depresiasi untuk tahun ini harus ditunjukan dalam laporan keuangan
4.      Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan
5.      Aktiva tetap harus dipecah kedalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material
6.      Aktivatetap yang telah habis depresiasi atau nilai bukunya namun masih digunakan untuk operasional perusahaan, jika jumlahnya material harus dijelaskan.
Tujuan Pemeriksaan Aktiva Tetap
Menurut Sukrisno Agoes (2012: 271), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset tetap
2.      Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3.      Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, di otorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4.      Untuk memeriksa apakah penarikan aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah di otorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
5.      Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat)
6.      Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
7.      Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS)
Rancangan Pengujian Subtantif Aktiva Tetap
Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aktivat tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa aktiva tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaan, dan lain-lain.
Beberapa penyebabnya antara lain:
a.       Harga perolehan per unit dari aktivat tetap biasanya relatif besar dan jumlah transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
b.      Mutasi aktivt tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di bandingkan mutasi piutang dan persediaan
c.       Dalam memeriksa aktiva tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan persediaan


Menurut Alvin. A. Arens (2011; 193), dalam audit peralatan manufaktur dan akun terkait, pengujian akan dimudahkan jika dipisah menjadi beberapa kategori:
1.      Prosedur Audit Awal  Aktiva Tetap
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk repat engangements (Penugasan Berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa). Untuk audit pertama kali bisa dibedakan sebagai berikut:
a.       Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal aktiva tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
b.      Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aktiva tetap sejak awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aktifa tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aktifa tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/ IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun ebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah yang material.

Prosedur audit atas aset tetap menurut Sukrisno Agoes (2012: 273) adalah sebagai berikut:
1.      Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap
2.      Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule aset tetap, yang berisikan: Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
3.      Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Untuk pengurangan kita lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap tersebut. Selain itu periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap tersebut.
4.      Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari aset tetap
5.      Periksa bukti pemilikan aset tetap. Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SPIB (Surat Izin Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor, periksa BPKB, STNK-nya.
6.      Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
7.      Buat analisis tentang perkiraan Repair & Maintenance sehingga kita dapat mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharussnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.
8.      Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya cukup atau tidak.
9.      Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkirakan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.
10.  Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Bila ada, maka hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
11.  Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.
12.  Untuk Construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in Progress yang harus di transfer ke aset tetap Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing periksa lease agreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
13.  Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di bank
14.  Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

2.      Prosedur Analitik
Jenis prosedur analitis bergantung pada sifat pelaksanaan bisnis klien. Tabel dibawah ini mengilustrasikan prosedur analitis yang biasa dilakukan untuk peralatan manufaktur.

Tabel 2.1
Prosedur Analitis untuk Peralatan Manufaktur
Prosedur Analitis
Salah Saji yang Mungkin
Terjadi
Membandingkan  rasio  beban
depresiasi dibagi biaya peralatan
manufaktur kotor dengan tahun-
tahun sebelumnya
Salah saji pada beban depresiasi
dan akumulasi depresiasi
Membandingkan     akumulasi
depresiasi dengan biaya peralatan
manufaktur kotor dengan tahun-
tahun sebelumnya
Salah  saji  pada  akumulasi
depresiasi
Membandingkan beban perbaikan
dan pemeliharaan bulanan atau
tahunan, beban persediaan, beban
peralatan kecil, dan akun sejenis
dengan tahun-tahun sebelumnya
Jumlah beban yang seharusnya
dikapitalisasi
Membandingkan         beban
manufaktur kotor dibagi dengan
beberapa jumlah produksi dengan
tahun-tahun sebelumnya
Perlengkapan yang tidak terpakai
atau  dibuang,  tetapi  belum
dihapusbukukan.

 













Sumber : Arens, 2011: 194
Dalam menjalankan prosedur analitik terhadap aktiva tetap, yang perlu dilakukan antara lain :
a.       Menghitung rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan aktiva tetap
b.      Rasio-rasi membantu auditor dalam mengungkapkan:
·         Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
·         Perubahan akuntansi
·         Perubahan usaha
·         Fluktuasi acak
·         Salah saji
3.      Prosedur Pengujian Terhadap Transaksi Rinci Aktiva Tetap
1.      Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut;
2.      Periksa berkurangnya aktiva tetap kedokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut;
3.      Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap;
4.      Lakukan review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya reparasi.

4.      Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci
1.      Lakukan inspeksi atau peninjauan terhadap aktiva tetap
2.      Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap
3.      Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan
4.      Periksa dokumen yang mendukung pembayaran dan pembelian aktiva tetap setelah tanggal neraca
5.      Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak yang mendukung penggunaan aktiva tetap tersebut.
6.      Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap.
5.      Verivikasi Terhadap Penyajian dan Pengungkapan Aktiva Tetap
Banding kanpenyajian aktiva tetap dengan prinsip aktiva yang diterima umum
·         Periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
·         Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap.
a.       Melakukan verifikasi akuisisi tahun berjalan
Perusahaan harus mencatat penambahan pembelian aset tahun berjalan dengan benar karena aset tetap memiliki dampak jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan dalam mengapitalisasi aset atau mencatat akuisisi dengan jumlah yang tidak benar akan berdampak pada neraca perusahaan menghentikan penggunaan aset tersebut. Laporan laba/rugi juga dipengaruhi sampai aset selesai didepresiasi.
penggunaan aset tersebut. Laporan laba/rugi juga dipengaruhi sampai aset selesai didepresiasi. Auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit-terkait saldo sebagai kerangka dan referensi atas pengujian perincian saldo, yaitu : keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, pisah batas, kecocokan perincian, dan hak dan kewajiban. Keberadaan, kelengkapan, akurasi, dan klasifikasi biasanya merupakan tujuan utama dari audit ini.
Pengujian audit aktual dan jumlah sampel sangat bergantung pada salah saji yang dapat diterima, resiko bawaan, dan penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat diterima merupakan hal penting untuk melakukan verifikasi atas penambahan aset tahun berjalan karena transaksi ini bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun sampai jumlah yang sangat besar untuk akuisisi lainnya. Dalam pengujian penambahan aset, auditor harus memahami GAAP untuk memastikan bahwa klien memenuhi persyaratan standar akuntansi. Auditor juga perlu mengetahui kebijakan kapitalisasi yang diterapkan klien untuk menentukan apakah akuisisi sudah diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Auditor juga perlu melakukan verifikasi atas klasifikasi catatan transaksi. Klien biasanya memasukkan transaksi yang seharusnya dicatat sebagai aset ke dalam beban perbaikan dan pemeliharaan, beban sewa guna usaha, persediaan, alat-alat kecil, dan akun sejenis. Salah saji dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman atas GAAP atau keinginan klien untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya salah saji ini besar, maka mereka perlu mengambil sampel dengan nilai nominal lebih besar.
b.      Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan
Perusahaan harus mencatat penambahan pembelian aset tahun berjalan dengan benar karena aktiva tetap memiliki dampak jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan dalam mengantisipasi aset atau mencatata akuisisi dengan jumlah yang tidak benar akan berdampak pada neraca hingga perusahaan menghentikan penggunaan aset tersebut. Laporan laba rugi juga dipengaruhi sampai aset selesai didepresi.
Auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit-terkait saldo sebagai kerangka dan referensi atas pengujian perincian saldo, yaitu : keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, pisah batas, kecocokan perincian, dan hak dan kewajiban. Keberadaan, kelengkapan, akurasi, dan klasifikasi biasanya merupakan tujuan utama dari audit ini.
Pengujian audit aktual dan jumlah sampel sangat bergantung pada salah saji yang dapat diterima, resiko bawaan, dan penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat diterima merupakan hal penting untuk melakukan verifikasi atas penambahan aset tahun berjalan karena transaksi ini bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun sampai jumlah yang sangat besar untuk akuisisi lainnya
Dalam pengujian penambahan aset, auditor harus memahami GAAP untuk memastikan bahwa klien memenuhi persyaratan standar akuntansi. Auditor juga perlu mengetahui kebijakan kapitalisasi yang diterapkan klien untuk menentukan apakah akuisisi sudah diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Auditor juga perlu melakukan verifikasi atas klasifikasi catatan transaksi. Klien biasanya memasukkan transaksi yang seharusnya dicatat sebagai aset ke dalam beban perbaikan dan pemeliharaan, beban sewa guna usaha, persediaan, alat-alat kecil, dan akun sejenis. Salah saji dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman atas GAAP atau keinginan klien untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya salah saji ini besar, maka mereka perlu mengambil sampel dengan nilai nominal lebih besar.
c.       Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan
Transaksi yang mencakup penghentian peralatan manufaktur biasanya mengalami salah saji bila pengendalian internal perusahaan lemah dalam menjalankan metode formal untuk menginformasikan manajemen untuk transaksi penjualan, tukar-tambah, pembatalan, atau pencurian mesin dan peralatan. Jika klien tidak mencatat penghentian aset, maka harga perolehan dari peralatan tersebut tentunya akan lebih saji sampai tak terhingga, dan nilai buku bersih akan lebih saji hingga aset benar-benar habis didepresiasi. Metode formal untuk menelusuri penghentian aset dan provisi atas otorisasi penjualan atau metode penghentian aset lainnya dapat mengurangi resiko salah saji. Selain itu, perlu ada verifikasi internal yang memadai dalam pencatatan penghentian aset tetap untuk memastikan bahwa aset benar-benar telah dihapusbukukan dari pencatatan akuntansi.
Tujuan utama auditor dalam verifikasi penjualan, tukar- tambah, atau penghentian aset tetap adalah mendapatkan bukti memadai bahwa seluruh penghentian dicatat dalam jumlah yang benar. Dimulai dari verifikasi penghentian, yaitu dengan memeriksa skedul klien atas pencatatan penghentian. Skedul ini memasukkan tanggal penghentian penggunaan aset, nama orang atau perusahaan yang membeli aset tersebut, harga penjualan, harga perolehan, tanggal akuisisi, dan akumulasi depresiasi. Prosedur berikut ini biasa digunakan dalam melakukan verifikasi penghentian :
·         Menelaah apakah terdapat akuisisi aset baru yang menggantikan aset lama
·         Menganalisis laba dan rugi penghentian aset dan pendapatan lain-lain sebagai penerimaan kas dari penghentian aset
·         Menelaah modifikasi pabrik dan perubahan dalam lini produk, pajak properti, atau asuransi yang merupakan indikasi penghapusan aset.
·         Melakukan tanya jawab dengan manajemen dan personel bagian produksi tentang kemungkinan penghentian aset.
d.      Melakukan verifikasi saldo akhir pada akun aset
Terdapat dua tujuan auditor saat melakukan audit peralatan manufaktur, yaitu menentukan bahwa:

·         Seluruh perlengkapan yang dicatat secara fisik ada pada tanggal neraca (keberadaan)
·         Seluruh perlengkapan yang dimiliki sudah dicatat (kelengkapan) auditor pertama kali harus mempersiapkan pengendalian internal atas peralatan manufaktur. Idealnya, auditor dapat menentukan apakah pengendalian cukup memadai agar mereka dapat mengandalkan saldo yang tercatat dari tahun sebelumnya.
Langkah audit yang pertama berfokus pada tujuan kecocokan perincian: peralatan manufaktur, sebagaimana terdapat dalam berkas utama, telah sesuai dengan buku besar. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap hasil cetak berkas utama yang menunjukkan total saldo buku besar. Auditor dapat memilih menggunakan peranti lunak audit untuk menjumlahkan berkas utama versi elektronik ataupun menjumlahkan beberapa halaman secara manual. Setelah menilai resiko pengendalian untuk tujuan keberadaan, auditor memutuskan apakah perlu melakukan verifikasi keberadaan masing-masing bagian peralatan manufaktur dalam berkas utama.
Penyajian dan pengungkapan yang memadai untuk peralatan manufaktur dalam laporan keuangan harus di evaluasi dengan hati - hati untuk memastikan apakah sudah mengikuti GAAP. Peralatan manufaktur harus memasukkan biaya kotor dan harus dipisahkan dari aset tetap lainnya. Aset sewa guna usaha harus diungkapkan secara terpisah, dan pihak yang memiliki aset harus dicantumkan dalam penjelasan tambahan (footnote disclosure). Auditor harus melakukan pengujian memadai untuk melakukan verifikasi terhadap keseluruhan empat tujuan penyajian dan pengungkapan.
e.       Melakukan verifikasi beban depresiasi
Beban depresiasi adalah satu dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Jumlah tercatat ditentukan dari alokasi internal, bukan dari transaksi pertukaran dengan pihak luar. Tujuan audit-terkait saldo yang paling penting untuk beban depresiasi adalah akurasi. Auditor berfokus pada penentuan apakah klien telah mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan hal tersebut, auditor harus mempertimbangkan empat hal, yaitu:
Ø  Umur ekonomis untuk akuisisi di masa sekarang
Ø  Metode depresiasi
Ø  Estimasi nilai sisa
Ø  Kebijakan mendepresiasi aset selama tahun akuisisi dan penghentian
Dalam menentukan kewajaran umur ekonomis aset yang baru diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur fisik aset, umur ekonomis yang diharapkan (ditetapkan dengan tingkat keusangan aset atau kebijakan normal perusahaan dalam penggantian aset) dan kebijakan yang diterapkan perusahaan dalam tukar-tambah peralatan.
Metode yang berguna untuk mengaudit depresiasi adalah pengujian prosedur analitis atas kewajaran yang dibuat dengan mengalikan aset tetap yang kurang didepresiasi dengan tingkat depresiasi untuk tahun tersebut. Dalam melakukan penghitungan tersebut, auditor harus membuat penyesuaian untuk penambahan dan penghentian di tahun berjalan, aset dengan umur ekonomis yang berbeda, dan aset dengan metode depresiasi yang berbeda. Jika perhitungan mendekati total yang dibuat klien dan jika penilaian resiko pengendalian atas beban depresiasi rendah, maka pengujian perincian depresiasi dapat dihapuskan.
f.       Melakukan verifikasi saldo akhir dalam akumulasi depresiasi
Debet atas akumulasi depresiasi secara normal diuji sebagai bagian dari audit penghentian aset dan kreditnya diverifikasi sebagai bagian dari beban depresiasi. Jika auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi depresiasi dalam berkas utama aset sebagai bagian dari pengujian ini, maka perlu dilakukan pengujian tambahan atas saldo akhir akumulasi depresiasi.
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit saldo akhir dalam akumulasi depresiasi adalah:
·         Akumulasi depresiasi yang dinyatakan dalam berkas utama aset sesuai dengan dalam buku besar. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan pengujian penjumlahan akumulasi depresiasi dalam berkas utama aset dan menelusuri totalnya ke buku besar.
·         Akumulasi depresiasi dalam berkas utama adalah akurat Dalam beberapa kasus, umur peralatan manufaktur dapat dikurangi secara signifikan karena pengurangan permintaan pelanggan terhadap produk. Penurunan fisik yang tidak diharapkan. Odifikasi operasi atau perubahan lainnya. Oleh karena  kemungkinan ini, maka auditor harus mengevaluasi kecukupan cadangan akumulasi depresiasi setiap tahun untuk memastikan bahwa nilai buku bersih tidak melebihi nilai realisasi aset.



DAFTAR PUSTAKA



 Itulah sedikit ulasan tentang makalah tersebut.
untuk lebih jelasnya bisa kalian download dengan format DOC.DISINI!!

Trimakasih wasalamualaikum Wr.Wb.


No comments:

Post a Comment