Deskripsi
Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan
yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang umurnya lebih dari satu tahun, dan merupakan
pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
Aktiva tetap disebut juga Property, Plant and
Equipment.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16,
Paragraf 5 – IAI,2012):
Aktiva tetap adalah asset berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan
atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva
oleh perusahaan.
Karakteristik
Aktiva Tetap
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 –
IAI, 2012):
Aktiva tetap dimiliki untuk digunakan dalam:
1.
Produksi atau penyediaan barang dan jasa
2.
Direntalkan kepada pihak lain
3.
Tujuan Administratif
4.
Mempunyai wujud fisik
5.
Mempunyai jangka waktu kegunaan (umur)
relatif permanen (lebih dari satu tahun periode akuntansi)
Prinsip
Akuntansi Penyajian Aktiva Tetap
Prinsip akuntansi dalam penyajian aktiva tetap di
neraca
1.
Dasar penilaian aktiva tetap harus
dicantumkan dalam neraca
2.
Aktiva tetap dijaminkan harus
dicantumkan dalam laporan keuangan
3.
Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya
biaya depresiasi untuk tahun ini harus ditunjukan dalam laporan keuangan
4.
Metode yang digunakan dalam perhitungan
depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan
5.
Aktiva tetap harus dipecah kedalam
golongan yang terpisah jika jumlahnya material
6.
Aktivatetap yang telah habis depresiasi
atau nilai bukunya namun masih digunakan untuk operasional perusahaan, jika
jumlahnya material harus dijelaskan.
Tujuan
Pemeriksaan Aktiva Tetap
Menurut Sukrisno Agoes (2012: 271), pemeriksaan atas
aktiva tetap mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
aset tetap
2.
Untuk memeriksa apakah aset tetap yang
tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada, masih digunakan
dan dimiliki oleh perusahaan.
3.
Untuk memeriksa apakah penambahan aset
tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu
Capital Expenditure, di
otorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti
yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4.
Untuk memeriksa apakah penarikan aktiva
tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah di otorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
5.
Untuk memeriksa apakah pembebanan
penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang
sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan
benar (secara akurat)
6.
Untuk memeriksa apakah ada aset tetap
yang dijadikan sebagai jaminan.
7.
Untuk memeriksa apakah penyajian aset
tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia(SAK/ETAP/IFRS)
Rancangan
Pengujian Subtantif Aktiva Tetap
Di banyak perusahaan, terutama
perusahaan industri, aktivat tetap merupakan jumlah yang sangat besar
dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan
publik untuk memeriksa aktiva tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu
yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang,
persediaan, dan lain-lain.
Beberapa penyebabnya antara lain:
a. Harga
perolehan per unit dari aktivat tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
b. Mutasi
aktivt tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di
bandingkan mutasi piutang dan persediaan
c. Dalam
memeriksa aktiva tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang
penting seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan
pembelian dan penjualan persediaan
Menurut Alvin. A. Arens (2011; 193), dalam audit
peralatan manufaktur dan akun terkait, pengujian akan dimudahkan jika dipisah
menjadi beberapa kategori:
1. Prosedur
Audit Awal Aktiva Tetap
Prosedur audit yang akan disebutkan
berikut ini berlaku untuk repat engangements (Penugasan Berulang) sehingga
dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang
diperiksa). Untuk audit pertama kali bisa dibedakan sebagai berikut:
a.
Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah
di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal aktiva tetap bisa dicocokkan
dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
b.
Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan
belum pernah di audit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan
pengurangan aktiva tetap sejak awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui
apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan
aktifa tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aktifa tetap dilakukan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/ IFRS). Tentu
saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun ebelumnya dilakukan secara test basis
dengan mengutamakan jumlah yang material.
Prosedur audit atas aset tetap menurut Sukrisno
Agoes (2012: 273) adalah sebagai berikut:
1.
Pelajari dan evaluasi internal
control atas aktiva tetap
2.
Minta kepada klien Top Schedule
serta Supporting Schedule aset tetap, yang berisikan: Saldo awal,
penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga
perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
3.
Periksa footing
dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau
Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.Vouch penambahan serta pengurangan
dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan
kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Untuk pengurangan
kita lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah
sudah dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap tersebut. Selain
itu periksa juga penerimaan hasil
penjualan aset tetap tersebut.
4.
Periksa fisik dari aset tetap tersebut
(dengan cara test basis) dan periksa
kondisi dan nomor kode dari aset tetap
5.
Periksa bukti pemilikan aset tetap.
Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat
tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SPIB (Surat Izin Penempatan Bangunan). Untuk mobil,
motor, periksa BPKB, STNK-nya.
6.
Pelajari dan periksa apakah
Capitalization Policy dan Depreciation Policy
yang dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
7.
Buat analisis tentang perkiraan
Repair & Maintenance sehingga kita dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharussnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi
dicatat sebagai Revenue Expenditures.
8.
Periksa apakah aset tetap tersebut sudah
diasuransikan dan apakah Insurance
Coveragenya cukup atau tidak.
9.
Tes perhitungan penyusutan, cross
reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkirakan laba rugi
dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.
10.
Periksa notulen rapat, perjanjian
kredit, jawaban konfirmasi dari bank. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap
yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Bila ada, maka hal ini perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
11.
Periksa apakah ada Commitment
yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.
12.
Untuk Construction in Progress,
kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in Progress yang
harus di transfer ke aset tetap Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui
leasing periksa lease agreement dan periksa apakah
accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
13.
Periksa atau tanyakan apakah ada aset
tetap yang dijadikan agunan kredit di bank
14.
Periksa penyajiannya dalam laporan
keuangan, apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS).
2.
Prosedur
Analitik
Jenis prosedur analitis bergantung pada
sifat pelaksanaan bisnis klien. Tabel dibawah ini mengilustrasikan prosedur
analitis yang biasa dilakukan untuk peralatan manufaktur.
Tabel 2.1
Prosedur Analitis untuk Peralatan
Manufaktur
|
Sumber
:
Arens, 2011: 194
Dalam menjalankan prosedur analitik terhadap aktiva
tetap, yang perlu dilakukan antara lain :
a.
Menghitung rasio-rasio keuangan yang
berkaitan dengan aktiva tetap
b.
Rasio-rasi membantu auditor dalam
mengungkapkan:
·
Peristiwa atau transaksi yang tidak
biasa
·
Perubahan akuntansi
·
Perubahan usaha
·
Fluktuasi acak
·
Salah saji
3.
Prosedur
Pengujian Terhadap Transaksi Rinci Aktiva Tetap
1. Periksa
tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut;
2. Periksa
berkurangnya aktiva tetap kedokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut;
3. Lakukan
pemeriksaan pisah batas (cut off)
transaksi aktiva tetap;
4. Lakukan
review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya reparasi.
4.
Prosedur
pengujian terhadap saldo akun rinci
1.
Lakukan inspeksi atau peninjauan terhadap aktiva tetap
2.
Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap
3.
Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan
4.
Periksa dokumen yang mendukung pembayaran dan
pembelian aktiva tetap setelah tanggal neraca
5.
Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak
yang mendukung penggunaan aktiva tetap tersebut.
6.
Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap.
5.
Verivikasi
Terhadap Penyajian dan Pengungkapan Aktiva Tetap
Banding kanpenyajian aktiva tetap dengan prinsip
aktiva yang diterima umum
·
Periksa
klasifikasi aktiva tetap di neraca
·
Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva
tetap.
a.
Melakukan
verifikasi akuisisi tahun berjalan
Perusahaan harus mencatat penambahan
pembelian aset tahun berjalan dengan benar karena aset tetap memiliki dampak
jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan dalam mengapitalisasi aset atau
mencatat akuisisi dengan jumlah yang tidak benar akan berdampak pada neraca
perusahaan menghentikan penggunaan aset tersebut. Laporan laba/rugi juga
dipengaruhi sampai aset selesai didepresiasi.
penggunaan aset tersebut. Laporan
laba/rugi juga dipengaruhi sampai aset selesai didepresiasi. Auditor
menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit-terkait saldo sebagai kerangka dan
referensi atas pengujian perincian saldo, yaitu : keberadaan, kelengkapan,
akurasi, klasifikasi, pisah batas, kecocokan perincian, dan hak dan kewajiban.
Keberadaan, kelengkapan, akurasi, dan klasifikasi biasanya merupakan tujuan
utama dari audit ini.
Pengujian audit aktual dan jumlah sampel
sangat bergantung pada salah saji yang dapat diterima, resiko bawaan, dan
penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat diterima merupakan hal
penting untuk melakukan verifikasi atas penambahan aset tahun berjalan karena
transaksi ini bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun
sampai jumlah yang sangat besar untuk akuisisi lainnya. Dalam pengujian
penambahan aset, auditor harus memahami GAAP untuk memastikan bahwa klien
memenuhi persyaratan standar akuntansi. Auditor juga perlu mengetahui kebijakan
kapitalisasi yang diterapkan klien untuk menentukan apakah akuisisi sudah
diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Auditor juga perlu melakukan verifikasi
atas klasifikasi catatan transaksi. Klien biasanya memasukkan transaksi yang
seharusnya dicatat sebagai aset ke dalam beban perbaikan dan pemeliharaan,
beban sewa guna usaha, persediaan, alat-alat kecil, dan akun sejenis. Salah
saji dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman atas GAAP atau keinginan klien
untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan terjadinya salah saji ini besar, maka mereka perlu mengambil sampel
dengan nilai nominal lebih besar.
b. Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan
Perusahaan harus mencatat penambahan
pembelian aset tahun berjalan dengan benar karena aktiva tetap memiliki dampak
jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan dalam mengantisipasi aset atau
mencatata akuisisi dengan jumlah yang tidak benar akan berdampak pada neraca
hingga perusahaan menghentikan penggunaan aset tersebut. Laporan laba rugi juga
dipengaruhi sampai aset selesai didepresi.
Auditor menggunakan tujuh dari delapan
tujuan audit-terkait saldo sebagai kerangka dan referensi atas pengujian perincian
saldo, yaitu : keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, pisah batas,
kecocokan perincian, dan hak dan kewajiban. Keberadaan, kelengkapan, akurasi,
dan klasifikasi biasanya merupakan tujuan utama dari audit ini.
Pengujian audit aktual dan jumlah sampel
sangat bergantung pada salah saji yang dapat diterima, resiko bawaan, dan
penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat diterima merupakan hal
penting untuk melakukan verifikasi atas penambahan aset tahun berjalan karena
transaksi ini bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun
sampai jumlah yang sangat besar untuk akuisisi lainnya
Dalam pengujian penambahan aset, auditor harus
memahami GAAP untuk memastikan bahwa klien memenuhi persyaratan standar
akuntansi. Auditor juga perlu mengetahui kebijakan kapitalisasi yang diterapkan
klien untuk menentukan apakah akuisisi sudah diterapkan secara konsisten dengan
tahun sebelumnya.
Auditor juga perlu melakukan verifikasi
atas klasifikasi catatan transaksi. Klien biasanya memasukkan transaksi yang
seharusnya dicatat sebagai aset ke dalam beban perbaikan dan pemeliharaan,
beban sewa guna usaha, persediaan, alat-alat kecil, dan akun sejenis. Salah
saji dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman atas GAAP atau keinginan klien
untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan terjadinya salah saji ini besar, maka mereka perlu mengambil sampel
dengan nilai nominal lebih besar.
c. Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan
Transaksi yang mencakup penghentian
peralatan manufaktur biasanya mengalami salah saji bila pengendalian internal
perusahaan lemah dalam menjalankan metode formal untuk menginformasikan
manajemen untuk transaksi penjualan, tukar-tambah, pembatalan, atau pencurian
mesin dan peralatan. Jika klien tidak mencatat penghentian aset, maka harga
perolehan dari peralatan tersebut tentunya akan lebih saji sampai tak
terhingga, dan nilai buku bersih akan lebih saji hingga aset benar-benar habis
didepresiasi. Metode formal untuk menelusuri penghentian aset dan provisi atas
otorisasi penjualan atau metode penghentian aset lainnya dapat mengurangi resiko
salah saji. Selain itu, perlu ada verifikasi internal yang memadai dalam
pencatatan penghentian aset tetap untuk memastikan bahwa aset benar-benar telah
dihapusbukukan dari pencatatan akuntansi.
Tujuan utama auditor dalam verifikasi
penjualan, tukar- tambah, atau penghentian aset tetap adalah mendapatkan bukti
memadai bahwa seluruh penghentian dicatat dalam jumlah yang benar. Dimulai dari
verifikasi penghentian, yaitu dengan memeriksa skedul klien atas pencatatan
penghentian. Skedul ini memasukkan tanggal penghentian penggunaan aset, nama
orang atau perusahaan yang membeli aset tersebut, harga penjualan, harga
perolehan, tanggal akuisisi, dan akumulasi depresiasi. Prosedur berikut ini
biasa digunakan dalam melakukan verifikasi penghentian :
·
Menelaah apakah terdapat
akuisisi aset baru yang menggantikan aset lama
·
Menganalisis laba dan rugi
penghentian aset dan pendapatan lain-lain sebagai penerimaan kas dari
penghentian aset
·
Menelaah modifikasi pabrik
dan perubahan dalam lini produk, pajak properti, atau asuransi yang merupakan
indikasi penghapusan aset.
·
Melakukan tanya jawab dengan
manajemen dan personel bagian produksi tentang kemungkinan penghentian aset.
d.
Melakukan
verifikasi saldo akhir pada akun aset
Terdapat dua tujuan auditor saat
melakukan audit peralatan manufaktur, yaitu menentukan bahwa:
·
Seluruh perlengkapan yang dicatat secara
fisik ada pada tanggal neraca (keberadaan)
·
Seluruh perlengkapan yang dimiliki sudah
dicatat (kelengkapan) auditor pertama kali harus mempersiapkan pengendalian
internal atas peralatan manufaktur. Idealnya, auditor dapat menentukan apakah
pengendalian cukup memadai agar mereka dapat mengandalkan saldo yang tercatat dari
tahun sebelumnya.
Langkah audit yang pertama berfokus pada
tujuan kecocokan perincian: peralatan manufaktur, sebagaimana terdapat dalam
berkas utama, telah sesuai dengan buku besar. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap hasil cetak berkas utama yang menunjukkan total saldo buku besar.
Auditor dapat memilih menggunakan peranti lunak audit untuk menjumlahkan berkas
utama versi elektronik ataupun menjumlahkan beberapa halaman secara manual.
Setelah menilai resiko pengendalian untuk tujuan keberadaan, auditor memutuskan
apakah perlu melakukan verifikasi keberadaan masing-masing bagian peralatan
manufaktur dalam berkas utama.
Penyajian dan pengungkapan yang memadai
untuk peralatan manufaktur dalam laporan keuangan harus di evaluasi dengan hati
- hati untuk memastikan apakah sudah mengikuti GAAP. Peralatan manufaktur harus
memasukkan biaya kotor dan harus dipisahkan dari aset tetap lainnya. Aset sewa
guna usaha harus diungkapkan secara terpisah, dan pihak yang memiliki aset
harus dicantumkan dalam penjelasan tambahan (footnote disclosure).
Auditor harus melakukan pengujian memadai untuk melakukan verifikasi terhadap
keseluruhan empat tujuan penyajian dan pengungkapan.
e. Melakukan verifikasi beban depresiasi
Beban depresiasi adalah satu
dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian dari pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Jumlah tercatat
ditentukan dari alokasi internal, bukan dari transaksi pertukaran dengan pihak
luar. Tujuan audit-terkait saldo yang paling penting untuk beban depresiasi
adalah akurasi. Auditor berfokus pada penentuan apakah klien telah mengikuti
kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke periode, dan apakah
perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan hal tersebut, auditor harus
mempertimbangkan empat hal, yaitu:
Ø Umur ekonomis untuk akuisisi di masa sekarang
Ø Metode depresiasi
Ø Estimasi nilai sisa
Ø Kebijakan mendepresiasi aset selama tahun akuisisi dan penghentian
Dalam menentukan kewajaran umur ekonomis
aset yang baru diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur fisik aset, umur
ekonomis yang diharapkan (ditetapkan dengan tingkat keusangan aset atau
kebijakan normal perusahaan dalam penggantian aset) dan kebijakan yang
diterapkan perusahaan dalam tukar-tambah peralatan.
Metode yang berguna untuk mengaudit
depresiasi adalah pengujian prosedur analitis atas kewajaran yang dibuat dengan
mengalikan aset tetap yang kurang didepresiasi dengan tingkat depresiasi untuk
tahun tersebut. Dalam melakukan penghitungan tersebut, auditor harus membuat penyesuaian
untuk penambahan dan penghentian di tahun berjalan, aset dengan umur ekonomis
yang berbeda, dan aset dengan metode depresiasi yang berbeda. Jika perhitungan
mendekati total yang dibuat klien dan jika penilaian resiko pengendalian atas
beban depresiasi rendah, maka pengujian perincian depresiasi dapat dihapuskan.
f. Melakukan verifikasi saldo akhir dalam
akumulasi depresiasi
Debet atas akumulasi depresiasi secara
normal diuji sebagai bagian dari audit penghentian aset dan kreditnya
diverifikasi sebagai bagian dari beban depresiasi. Jika auditor menelusuri
transaksi tertentu ke catatan akumulasi depresiasi dalam berkas utama aset
sebagai bagian dari pengujian ini, maka perlu dilakukan pengujian tambahan atas
saldo akhir akumulasi depresiasi.
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit
saldo akhir dalam akumulasi depresiasi adalah:
·
Akumulasi depresiasi yang dinyatakan
dalam berkas utama aset sesuai dengan dalam buku besar. Tujuan ini dapat
dipenuhi dengan pengujian penjumlahan akumulasi depresiasi dalam berkas utama
aset dan menelusuri totalnya ke buku besar.
·
Akumulasi depresiasi dalam berkas utama
adalah akurat Dalam beberapa kasus, umur peralatan manufaktur dapat dikurangi
secara signifikan karena pengurangan permintaan pelanggan terhadap produk.
Penurunan fisik yang tidak diharapkan. Odifikasi operasi atau perubahan
lainnya. Oleh karena kemungkinan ini,
maka auditor harus mengevaluasi kecukupan cadangan akumulasi depresiasi setiap
tahun untuk memastikan bahwa nilai buku bersih tidak melebihi nilai realisasi
aset.
DAFTAR
PUSTAKA
Itulah sedikit ulasan tentang makalah tersebut.
untuk lebih jelasnya bisa kalian download dengan format DOC.DISINI!!
Trimakasih wasalamualaikum Wr.Wb.
untuk lebih jelasnya bisa kalian download dengan format DOC.DISINI!!
Trimakasih wasalamualaikum Wr.Wb.
No comments:
Post a Comment