Imam Hasanuddin (Contac Person +62823 - 3132 - 0823

My photo
lumajang, lumajang/jawa timur, Indonesia
STIE WIDYAGAMA LUMAJANG

Thursday 12 January 2017

AKUNTANSI BIAYA METODE HARGA POKOK PESANAN




METODE HARGA POKOK PROSES
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan  banyak nikmatnya kepada kelompok kami sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul “Metode Harga Pokok Proses”.
Terima kasih kami sampaikan juga kepada dosen Akuntansi Biaya yang telah memberikan materi bagi kami untuk mengerjakan tugas ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang Metode Harga Pokok Proses, tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril maupun materil.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Biaya di Fakultas Ekonomi Universitas Widya Gama. Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah dengan halnya makalah ini, walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.


Lumajang, 27 Februari 2016


     Penulis

             



Daftar Isi


KATA PENGANTAR ......................................................................................  1
DAFTAR ISI ......................................................................................................  2
BAB I PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Metode Harga Pokok  Proses........................................................ 3
1.2  Karakteristik Metode Harga Pokok Proses...................................................    3        
1.3  Aplikasi Metode Harga Pokok Proses............................................................. 3
1.4  Kasus Produk Hilang, Rusak dan Cacat ........................................................  4
1.5  Metode Rata – Rata dan FIFO....................................................................... 10
DAFTTAR PUSTAKA...................................................................................... 13



BAB I PEMBAHASAN

1.1  Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Merupakan metode pengumpulan  biaya produksi digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu selama periode tertentu dengan jumlah satuan yang dihasilkan dari proses selama jangka waktu yang bersangkutan

1.2  Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik Metode Harga Pokok Proses sebagai berikut :
1.      Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun dan sebagainya.
2.      Produk yang dihasilkan bersifat homogin dan bentuknya standar, tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
3.      Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk satuan waktu tertentu.
4.      Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
5.      Kegiatan produksi bersifat continue atau terus menerus.
6.      Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya akhir bulan, akhir tahun.

1.3  Aplikasi Metode Harga Pokok Proses
Flowchart
Bagan alir (flowchart) merupakan teknik analistis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat, dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem .



Data Flow Diagram (DFD)
Diagram Arus Data menggunakan simbol untuk menandakan sebuah proses sember data dan entitas dalam sebuah sistem. Pemakai utamanya adalah analisis sistem dan perancang sistem. Diagram Arus Data digunakan oleh analisis sistem untuk mendokumentasikan perancangan logis sistem guna membantu pengguna memahami proses kerja sistem. Pengguna Diagram Arus Data bertujuan untuk memisahkan secara jelas proses logis dari sistem analisis dari proses fisik perancangan sistem.
 Entity Realitionship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah diagram yang menggambarkan keterhubungan antar data secara konseptual. Penggambaran keterhubungan antar data ini didasarkan pada anggapan bahwa dunia nyata terdiri dari kumpulan objek yang disebut entitas (entity), dan hubungan yang terjadi diantaranya disebut relasi (relationship)

1.4  Kasus Produk Hilang, Rusak dan Cacat
A.    Produk Hilang dalam Pengolahan
Dalam pengolahan produk dapat timbul produk hilang yaitu sebagai produk yang menguap, mengkristal atau menyusut di dalam pengolahan produk yang dapat disebabkan karena sifat bahan misalnya mengandung gas yang mudah menguap atau karena sifat pengolahan produk. Produk hilang tidak memiliki wujud phisik dan jumlahnya dapat dihitung dari selisih antara jumlah produk yang diolah dengan jumlah produk yang dihasilkan. Metode produk hilang dalam proses produksi dibagi menjadi dua yaitu :
1.      Produk hilang dianggap terjadi awal proses.
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada awal proses karakteristik pengaruhnya terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut :
a.       Produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya produksi pada departemen atau tahap di mana produk hilang.
b.      Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses tidak dimasukkan di dalam produksi ekuivalen.
c.       Produk hilang awal proses tidak dibebani harga pokok.
d.      Produk hilang awal proses yang terjadi pada departemen lanjutan, mengakibatkan harus dilakukan penyesuaian harga pokok satuan yang diterima dari departemen sebelumnya, oleh karena pemikul biaya jumlahnya berkurang dan jumlah total biaya sama maka harga pokok satuan dari departemen sebelumnya menjadi lebih besar (naik).
-          Contoh Kasus Produk hilang dianggap terjadi awal proses
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar  berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1

Departemen A
Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses
1.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
700 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang

400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %


200 kg



100 kg
Produk yang hilang pada awal proses
100 kg
200 kg
Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A
Departemen B
Biaya bahan baku
Rp 22.500
Rp          -
Biaya bahan penolong
26.100
16.100
Biaya tenaga kerja
35.100
22.500
Biaya overhead pabrik
45.800
24.750



Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis biaya
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi)
Biaya produksi Departemen A
Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A
Biaya bahan baku
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
Rp 22.500
Rp 25
Biaya bahan penolong
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
26.100
29
Biaya tenaga kerja
700 + 40%x200kg=780kg
35.100
45
Biaya overhead pabrik
700 + 40%x200kg=780kg
46.800
60


Rp 130.500
Rp 159
Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159
Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku         200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong  200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja       200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800




Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A
Rp 130.500






Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A
Rp 111.300 : 700
Rp 159,00
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Rp 222.60
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
Rp  63.60

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi)
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen B
Biaya per kg yang ditambahkan Departemen B
Biaya bahan penolong
400 kg + 60 % x 100 kg = 460 kg
Rp 16.100
Rp 35
Biaya tenaga kerja
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
Rp 22.500
Rp 50
Biaya overhead pabrik
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
Rp 24.750
Rp 55


Rp 63.350
Rp 140








Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362.60
Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja  : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750




Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B
Rp 174.650

2.      Produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses.
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, karakteristik pengaruhnya terhadap perhitungan harga pokok produk adalah sebagai berikut :
a.       Produk hilang pada akhir proses dianggap telah menikmati biaya produksi pada departemen di mana produk hilang.
b.      Produk hilang akhir proses dimasukkan ke dalam perhitungan produksi ekuivalen, karena produk hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya.
c.       Produk hilang akhir proses diperhitungkan harga pokok, harga pokok produk hilang tersebut hilang tersebut dibebankan kepada produk selesai yang dipindahkan ke departemen berikutnya atau ke gudang produk selesai.
d.      Dengan pembebanan harga pokok produk hilang akhir proses kepada harga pokok produk selesai, mengakibatkan jumlah total harga pokok produk selesai menjadi lebih besar, oleh karena pemikul harga pokok jumlahnya tidak bertambah yaitu sebesar produk selesai maka harga pokok satuan yang dipindahkan gudang produk selesai atau ke departemen berikutnya ikut bertambah.

B.     Produk Rusak Dalam Pengolahan.
Dalam proses pengolahan produk dapat timbul produk rusak yaitu produk yang kondisinya rusak atau atau tidak memenuhi ukuran  mutu yang sudah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik. Metode harga pokok produk rusak dibagi memjadi dua :
1.      Produk rusak yang tidak laku dijual.
a.    Produk rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya normal, harga pokok produk rusak dibebankan pada produk selesai yang dipindahkan ke gudang produk selesai atau kedepartemen berikutnya, jadi perlakuannya sama dengan produk hilang akhir proses, harga produk pokok selesai jumlahnya menjadi bertambah sedangkan jumlah pemikul harga pokok tetap sejumlah produk selesai maka harga pokok satuan menjadi bertambah.
b.    Produk rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya tidak normal atau karena kesalahan, harga pokok produk rusak tidak boleh dikapitalisasi ke dalam harga pokok produk selesai tetapi  diperlukan sebagai rugi produk rusak.
2.      Produk rusak yang laku dijual
a.    Produk rusak yang laku dijual dan penyebab atau sifat produk rusak normal, penghasilan penjualan produk rusak dapat diperlukan sebagai:
1.      Pengurangan harga pokok produksi selesai.
2.      Pengurangan semua elemen biaya produksi di departemen dimana produk rusak.
3.      Pengurangan biaya overhead pabrik di departemen dimana produk rusak.
4.      Penghasilan lain – lain.
b.    Produk rusak yang laku dijual dan penyebab terjadinya produk rusak  karena kesalahan, penghasilan penjualan produk rusak diperlukan sebagai pengurang bagi produk rusak. Perlakuan ini sesuai dengan perlakuan harga pokok produk rusak yang diperlukan sebagai rugi produk rusak.
C.     Produk Cacat dalam Pengolahan
Dalam pengolahan produk dapat timbul produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik mutunya dalam arti biaya perbaikan produk cacat lebih rendah dibanding kenaikan  nilai yang diperoleh adanya perbaikan. Metode produk cacat dalam proses produksi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Produk cacat bersifat normal didalam perusahaan.
Apabila produk cacat bersifat normal, semua biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen biaya produksi pada departemen dimana produk cacat dan digabungkan dengan setiap elemen biaya yang ada.
2.      Produk cacat terjadi karena kesalahan.
Apabila produk cacat timbulnya karena kesalahan, perlakuan biaya perbaikan produk cacat tidak boleh dikapitalisasi ke dalam harga pokok produk, akan tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.

1.5  Metode Rata – Rata dan FIFO
A.    Metode rata – rata
  • Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksiyang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
  • Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok rata-rata memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal digabungkan dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan, misalnya elemen biaya bahan yang teleh dinikmati oleh produk dalam proses digabungkan dengan biaya bahan yang terjadi pada periode yang bersangkutan, demikian pula terhadap elemen biaya tenega kerja dan biaya overhead pabrik.
b.      Oleh karena setiap elemen harga pokokproduk dalam proses digabungkan dengan biaya periode yang bersangkutan, harga pokok produk dalam proses awal harus dipecah kembali ke dalam setiap elemen biaya.
c.       Besarnya produksi ekuivalen dapat dihitung sebesar jumlah produk selesai ditambah jumlah produk dalam proses akhir.
[ Produksi Ekuivalen = Produk Selesai + Produk Dalam Proses Akhir (Tingkat Penyelesaian)]
d.      Besarnya harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi jumlah total elemen biaya yang bersangkutan setelah digabung dengan jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
e.       Tidak dibedakan asal dari produk selesai dan produk dalam proses akhir apakah dari produk dalam proses awal atau dari produk yang baru dimasukkan proses.

B.     FIFO

  • Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok pertama masuk pertama ke luar memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi produk selesai, baru kemudian untuk mengolah produk yang baru masuk proses yang sebagian akan menjadi bagian produk selesai yang disebut current production dan sisanya merupakan produk dalam proses pada akhir periode.
b.      Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkuatan.
c.       Harga pokok produk dalam proses pada awal periode tidak perlu dipecah kembali menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
d.      Besarnya produksi ekuivalen adalah sebesar jumlah produk dalam proses awal dikalikan tingkat penyelesaiannya yang masih diperlukan untuk menyelesaikan menjadi produk selesai, ditambah produksi current atau produk yang baru masuk proses periode tersebut dan dapat diselesaikan pada periode itu juga, ditambah produk dalam proses akhir dikalikan tingkat penyelesaiannya yang sudah dinikmati, jadi secara matematis.
e.       Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan .
f.       Harga pokok produk selesai dipisahkan menjadi dua golongan pertama, produk selesai yang berasal dari produk dalam proses awal kedua, produk selesai yang berasal dari produksi current.



DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi.1978.” Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok Dan Pengendalian
             Biaya”.Yogyakarta:Progam Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan
             Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Supriyono.1982.”Akuntansi Biaya Pengumpulan Dan Penentuan Harga Pokok”.
             Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Supriyono.2011.” Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya Dan Penentuan Harga
             Poko.Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan bisnis UGM.




Itulah sedikit ulasan tentang makalah  Akuntansi Manajemen Sistem Biaya Pesanan.

untuk lebih jelasnya bisa kalian download dengan format DOC.DISINI!!

Trimakasih wasalamualaikum Wr.Wb.




No comments:

Post a Comment