METODE HARGA POKOK PROSES
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmatnya
kepada kelompok kami sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Metode
Harga Pokok Proses”.
Terima kasih kami sampaikan juga
kepada dosen Akuntansi Biaya yang telah memberikan materi bagi kami untuk
mengerjakan tugas ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami
tentang Metode Harga Pokok Proses, tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun
tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik
mendukung secara moril maupun materil.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Biaya di Fakultas Ekonomi Universitas
Widya Gama. Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah
dengan halnya makalah ini, walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin,
akan tetapi kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap kami harapkan
demi perbaikan makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Lumajang, 27 Februari
2016
Penulis
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Metode Harga
Pokok Proses........................................................ 3
1.2 Karakteristik
Metode Harga Pokok Proses................................................... 3
1.3 Aplikasi
Metode Harga Pokok Proses.............................................................
3
1.4 Kasus
Produk Hilang, Rusak dan Cacat ........................................................ 4
1.5
Metode Rata – Rata dan
FIFO....................................................................... 10
DAFTTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
BAB
I PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Metode Harga Pokok Proses
Merupakan
metode pengumpulan biaya produksi digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massa. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama
jangka waktu tertentu, dan biaya produksi persatuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dalam proses tertentu selama periode tertentu
dengan jumlah satuan yang dihasilkan dari proses selama jangka waktu yang
bersangkutan
1.2 Karakteristik
Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik Metode Harga Pokok
Proses sebagai berikut :
1.
Biaya dikumpulkan untuk
setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun dan sebagainya.
2.
Produk yang dihasilkan
bersifat homogin dan bentuknya standar, tidak tergantung spesifikasi yang
diminta oleh pembeli.
3.
Kegiatan produksi
didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk satuan waktu tertentu.
4.
Tujuan produksi untuk
mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
5.
Kegiatan produksi
bersifat continue atau terus menerus.
6.
Jumlah total biaya
maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya akhir bulan, akhir
tahun.
1.3 Aplikasi
Metode Harga Pokok Proses
Flowchart
Bagan alir (flowchart) merupakan
teknik analistis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi
secara jelas, tepat, dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol
standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh
sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem .
Data Flow Diagram (DFD)
Diagram Arus Data menggunakan
simbol untuk menandakan sebuah proses sember data dan entitas dalam sebuah
sistem. Pemakai utamanya adalah analisis sistem dan perancang sistem. Diagram
Arus Data digunakan oleh analisis sistem untuk mendokumentasikan perancangan
logis sistem guna membantu pengguna memahami proses kerja sistem. Pengguna
Diagram Arus Data bertujuan untuk memisahkan secara jelas proses logis dari
sistem analisis dari proses fisik perancangan sistem.
Entity
Realitionship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD)
adalah diagram yang menggambarkan keterhubungan antar data secara konseptual.
Penggambaran keterhubungan antar data ini didasarkan pada anggapan bahwa dunia
nyata terdiri dari kumpulan objek yang disebut entitas (entity), dan hubungan
yang terjadi diantaranya disebut relasi (relationship)
1.4 Kasus
Produk Hilang, Rusak dan Cacat
A.
Produk Hilang dalam
Pengolahan
Dalam
pengolahan produk dapat timbul produk hilang yaitu sebagai produk yang menguap,
mengkristal atau menyusut di dalam pengolahan produk yang dapat disebabkan
karena sifat bahan misalnya mengandung gas yang mudah menguap atau karena sifat
pengolahan produk. Produk hilang tidak memiliki wujud phisik dan jumlahnya
dapat dihitung dari selisih antara jumlah produk yang diolah dengan jumlah
produk yang dihasilkan. Metode produk hilang dalam proses produksi dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Produk
hilang dianggap terjadi awal proses.
Apabila
produk hilang dianggap terjadi pada awal proses karakteristik pengaruhnya
terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut :
a. Produk
hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya produksi pada departemen atau
tahap di mana produk hilang.
b. Dalam
perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses tidak dimasukkan di
dalam produksi ekuivalen.
c. Produk
hilang awal proses tidak dibebani harga pokok.
d. Produk
hilang awal proses yang terjadi pada departemen lanjutan, mengakibatkan harus
dilakukan penyesuaian harga pokok satuan yang diterima dari departemen sebelumnya,
oleh karena pemikul biaya jumlahnya berkurang dan jumlah total biaya sama maka
harga pokok satuan dari departemen sebelumnya menjadi lebih besar (naik).
-
Contoh Kasus Produk
hilang dianggap terjadi awal proses
PT eliona sari memiliki 2 departemen
produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data
produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19
x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data
produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A
|
Departemen B
|
|
Produk yang dimasukkan dalam proses
|
1.000 kg
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
700 kg
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
|
400 kg
|
|
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi
40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
|
200 kg
|
100 kg
|
Produk yang hilang pada awal proses
|
100 kg
|
200 kg
|
Biaya
produksi Bulan Januari 19 x1
Departemen A
|
Departemen B
|
|
Biaya bahan baku
|
Rp 22.500
|
Rp -
|
Biaya bahan penolong
|
26.100
|
16.100
|
Biaya tenaga kerja
|
35.100
|
22.500
|
Biaya overhead pabrik
|
45.800
|
24.750
|
Perhitungan
biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis biaya
|
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A (
unit ekuivalensi)
|
Biaya produksi Departemen A
|
Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen
A
|
Biaya bahan baku
|
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 25
|
Biaya bahan penolong
|
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
|
26.100
|
29
|
Biaya tenaga kerja
|
700 + 40%x200kg=780kg
|
35.100
|
45
|
Biaya overhead pabrik
|
700 + 40%x200kg=780kg
|
46.800
|
60
|
Rp 130.500
|
Rp 159
|
Perhitungan
biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departemen B : 700 x Rp 159
|
Rp 111.300
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong
200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800
|
Rp 19.200
|
Jumlah biaya produksi Departemen A
|
Rp 130.500
|
Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah
departemen pertama
Perhitungan
penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal
dari departemen A
Rp 111.300 : 700
|
Rp 159,00
|
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal
dari departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di
Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
|
Rp 222.60
|
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk
yang berasal dari Departemen A
|
Rp 63.60
|
Perhitungan
biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya
|
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B (
unit ekuivalensi)
|
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen
B
|
Biaya per kg yang ditambahkan Departemen B
|
Biaya bahan penolong
|
400 kg + 60 % x 100 kg = 460 kg
|
Rp 16.100
|
Rp 35
|
Biaya tenaga kerja
|
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 50
|
Biaya overhead pabrik
|
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
|
Rp 24.750
|
Rp 55
|
Rp 63.350
|
Rp 140
|
Perhitungan
biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
400 kg @ Rp 362.60
|
Rp 145.040
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6=
Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja
: 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750
|
Rp 29.610
|
Jumlah kumulatif dalam departemen B
|
Rp 174.650
|
2. Produk
hilang dianggap terjadi pada akhir proses.
Apabila
produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, karakteristik pengaruhnya
terhadap perhitungan harga pokok produk adalah sebagai berikut :
a. Produk
hilang pada akhir proses dianggap telah menikmati biaya produksi pada
departemen di mana produk hilang.
b. Produk
hilang akhir proses dimasukkan ke dalam perhitungan produksi ekuivalen, karena
produk hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya.
c. Produk
hilang akhir proses diperhitungkan harga pokok, harga pokok produk hilang
tersebut hilang tersebut dibebankan kepada produk selesai yang dipindahkan ke
departemen berikutnya atau ke gudang produk selesai.
d. Dengan
pembebanan harga pokok produk hilang akhir proses kepada harga pokok produk
selesai, mengakibatkan jumlah total harga pokok produk selesai menjadi lebih
besar, oleh karena pemikul harga pokok jumlahnya tidak bertambah yaitu sebesar
produk selesai maka harga pokok satuan yang dipindahkan gudang produk selesai
atau ke departemen berikutnya ikut bertambah.
B.
Produk Rusak Dalam
Pengolahan.
Dalam
proses pengolahan produk dapat timbul produk rusak yaitu produk yang kondisinya
rusak atau atau tidak memenuhi ukuran mutu
yang sudah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk
yang baik. Metode harga pokok produk rusak dibagi memjadi dua :
1. Produk
rusak yang tidak laku dijual.
a. Produk
rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya normal, harga pokok produk rusak
dibebankan pada produk selesai yang dipindahkan ke gudang produk selesai atau
kedepartemen berikutnya, jadi perlakuannya sama dengan produk hilang akhir
proses, harga produk pokok selesai jumlahnya menjadi bertambah sedangkan jumlah
pemikul harga pokok tetap sejumlah produk selesai maka harga pokok satuan
menjadi bertambah.
b. Produk
rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya tidak normal atau karena kesalahan,
harga pokok produk rusak tidak boleh dikapitalisasi ke dalam harga pokok produk
selesai tetapi diperlukan sebagai rugi
produk rusak.
2. Produk
rusak yang laku dijual
a. Produk
rusak yang laku dijual dan penyebab atau sifat produk rusak normal, penghasilan
penjualan produk rusak dapat diperlukan sebagai:
1. Pengurangan
harga pokok produksi selesai.
2. Pengurangan
semua elemen biaya produksi di departemen dimana produk rusak.
3. Pengurangan
biaya overhead pabrik di departemen dimana produk rusak.
4. Penghasilan
lain – lain.
b. Produk
rusak yang laku dijual dan penyebab terjadinya produk rusak karena kesalahan, penghasilan penjualan produk
rusak diperlukan sebagai pengurang bagi produk rusak. Perlakuan ini sesuai
dengan perlakuan harga pokok produk rusak yang diperlukan sebagai rugi produk
rusak.
C.
Produk Cacat dalam
Pengolahan
Dalam pengolahan produk dapat timbul produk cacat
yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah
ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis
menjadi produk yang baik mutunya dalam arti biaya perbaikan produk cacat lebih
rendah dibanding kenaikan nilai yang
diperoleh adanya perbaikan. Metode produk cacat dalam proses produksi dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Produk
cacat bersifat normal didalam perusahaan.
Apabila
produk cacat bersifat normal, semua biaya perbaikan produk cacat diperlakukan
sebagai elemen biaya produksi pada departemen dimana produk cacat dan
digabungkan dengan setiap elemen biaya yang ada.
2. Produk
cacat terjadi karena kesalahan.
Apabila
produk cacat timbulnya karena kesalahan, perlakuan biaya perbaikan produk cacat
tidak boleh dikapitalisasi ke dalam harga pokok produk, akan tetapi harus
diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.
1.5 Metode
Rata – Rata dan FIFO
A.
Metode rata – rata
- Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksiyang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
- Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.
Perlakuan produk
dalam proses awal dengan metode harga pokok rata-rata memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Setiap
elemen harga pokok produk dalam proses awal digabungkan dengan elemen biaya
yang terjadi dalam periode yang bersangkutan, misalnya elemen biaya bahan yang
teleh dinikmati oleh produk dalam proses digabungkan dengan biaya bahan yang
terjadi pada periode yang bersangkutan, demikian pula terhadap elemen biaya
tenega kerja dan biaya overhead pabrik.
b. Oleh
karena setiap elemen harga pokokproduk dalam proses digabungkan dengan biaya
periode yang bersangkutan, harga pokok produk dalam proses awal harus dipecah
kembali ke dalam setiap elemen biaya.
c. Besarnya
produksi ekuivalen dapat dihitung sebesar jumlah produk selesai ditambah jumlah
produk dalam proses akhir.
[
Produksi Ekuivalen = Produk Selesai + Produk Dalam Proses Akhir (Tingkat
Penyelesaian)]
d. Besarnya
harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi
jumlah total elemen biaya yang bersangkutan setelah digabung dengan jumlah
produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
e. Tidak
dibedakan asal dari produk selesai dan produk dalam proses akhir apakah dari
produk dalam proses awal atau dari produk yang baru dimasukkan proses.
B.
FIFO
- Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Perlakuan produk
dalam proses awal dengan metode harga pokok pertama masuk pertama ke luar
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Proses
produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi produk
selesai, baru kemudian untuk mengolah produk yang baru masuk proses yang
sebagian akan menjadi bagian produk selesai yang disebut current production dan
sisanya merupakan produk dalam proses pada akhir periode.
b. Setiap
elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan dengan elemen biaya
yang terjadi dalam periode yang bersangkuatan.
c. Harga
pokok produk dalam proses pada awal periode tidak perlu dipecah kembali menurut
elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
d. Besarnya
produksi ekuivalen adalah sebesar jumlah produk dalam proses awal dikalikan
tingkat penyelesaiannya yang masih diperlukan untuk menyelesaikan menjadi
produk selesai, ditambah produksi current atau produk yang baru masuk proses
periode tersebut dan dapat diselesaikan pada periode itu juga, ditambah produk
dalam proses akhir dikalikan tingkat penyelesaiannya yang sudah dinikmati, jadi
secara matematis.
e. Besarnya
harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang
terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari
elemen biaya yang bersangkutan .
f. Harga
pokok produk selesai dipisahkan menjadi dua golongan pertama, produk selesai
yang berasal dari produk dalam proses awal kedua, produk selesai yang berasal
dari produksi current.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyadi.1978.” Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok Dan
Pengendalian
Biaya”.Yogyakarta:Progam
Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
Mada.
Supriyono.1982.”Akuntansi Biaya Pengumpulan Dan Penentuan
Harga Pokok”.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada.
Supriyono.2011.” Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya Dan
Penentuan Harga
Poko.Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi dan bisnis UGM.
Itulah sedikit ulasan tentang makalah Akuntansi Manajemen Sistem Biaya Pesanan.
untuk lebih jelasnya bisa kalian download dengan format DOC.DISINI!!
Trimakasih wasalamualaikum Wr.Wb.
No comments:
Post a Comment